Kemana aku harus pergi?

Namaku Arfa, duduk dibangku sekolah dasar swasta kelas 5. Saat ini Ayah dan ibu ku bercerai, aku hidup dan tinggal bersama ayah serta seorang adik yg sekarang udah kelas 2 SD, sementara Ibu menikah lagi dgn orang lain. Meski aku tinggal bersama ayah, sesekali juga aku datang dan menginap dirumah ibu yg telah bersuami lagi (ayah tiri). Dirumah, ayah mendidik ku begitu keras, hingga suatu hari ayah pernah mencambuk ku dgn menggunakan ikat pinggang org dewasa,. Aku tau itu adalah didikan seorang ayah kpd anaknya, tp apakah tdk ada cara lain utk mendidik anak seusia ku?? tanpa harus mencambuk bahkan memukulku,.!! Ayah maafkan aku..!! Beberapa hari ini aku tdk masuk sekolah,. Aku hijrah ke tempat ibuku, Seminggu lamanya… Suatu sore usai hujan deras mengguyur desaku, ibu berpesan… “Kembalilah ke Ayahmu, insya Allah Ramadhan nanti, kalau jadi pulang kampung, ibu akan ambil kamu dan kita berangkat bersama-sama,. disana kamu bisa Sekolah dan tinggal dgn kakek dan nenekmu…” tanpa pikir panjang, aku pun pergi meninggalkan rumah menuju rumah tempat ayahku.. Berat rasanya langkahku, mengingat ayah yg begitu keras terhadapku, tak sanggup utk pulang kembali bersama Ayah.. Kemana aku harus pergi..??
Lelah aku berjalan hingga ku temui sebuah Mesjid dan aku berhenti.. Dengan pakaian sekolah bekas pemberian org menggunakan celana pendek, aku masuk ke dalam. Disini aku akan tidur, dingin sekali….. Tiba-tiba seorang Laki-laki datang menghampiri kemudian membangunkanku.. Dik..!! (sambil menyentuh kakiku) Dik.. Bangun, tidurnya dikamar depan,disini dingin dan banyak nyamuk. Aku pun terbangun,tanpa fikir panjang aku segera beranjak dan mengikutinya menuju kamar dpn mesjid yg dimaksud. “kamu tidur disini aja” ucap bapak itu, di dalam kamar tersebut ternyata ada beberapa org lelaki juga yg tinggal disitu dan akan menemaniku.., “ini bantal dan sarungnya, kalau uda ngantuk tidur aja” dan “kalo lapar ini ada kue,ato mau makan nasi goreng ntar dibeliin..” ucap salah seorang dari mereka sambil memberiku bantal dan sarung,
Mata mereka memandangku, heran atau mungkin iba melihatku,.. Bapak dan beberapa org td mencoba utk mencari informasi tentangku,tentang ayah dan ibuku., aku pun di introgasi…. Dan akhirnya Semua ku jawab apa adanya…

Semoga kisah ini dapat diambil hikmahnya, untuk kita semua.

(anak tersebut sudah tertidur saat tulisan ini dibuat).

Jazakumullah..

Kemana aku harus pergi

Namaku Arfa, duduk dibangku sekolah dasar swasta kelas 5. Saat ini Ayah dan ibu ku bercerai, aku hidup dan tinggal bersama ayah serta seorang adik yg sekarang udah kelas 2 SD, sementara Ibu menikah lagi dgn orang lain. Meski aku tinggal bersama ayah, sesekali juga aku datang dan menginap dirumah ibu yg telah bersuami lagi (ayah tiri). Dirumah, ayah mendidik ku begitu keras, hingga suatu hari ayah pernah mencambuk ku dgn menggunakan ikat pinggang org dewasa,. Aku tau itu adalah didikan seorang ayah kpd anaknya, tp apakah tdk ada cara lain utk mendidik anak seusia ku?? tanpa harus mencambuk bahkan memukulku,.!! Ayah maafkan aku..!! Beberapa hari ini aku tdk masuk sekolah,. Aku hijrah ke tempat ibuku, Seminggu lamanya… Suatu sore usai hujan deras mengguyur desaku, ibu berpesan… “Kembalilah ke Ayahmu, insya Allah Ramadhan nanti, kalau jadi pulang kampung, ibu akan ambil kamu dan kita berangkat bersama-sama,. disana kamu bisa Sekolah dan tinggal dgn kakek dan nenekmu…” tanpa pikir panjang, aku pun pergi meninggalkan rumah menuju rumah tempat ayahku.. Berat rasanya langkahku, mengingat ayah yg begitu keras terhadapku, tak sanggup utk pulang kembali bersama Ayah.. Kemana aku harus pergi..??
Lelah aku berjalan hingga ku temui sebuah Mesjid dan aku berhenti.. Dengan pakaian sekolah bekas pemberian org menggunakan celana pendek, aku masuk ke dalam. Disini aku akan tidur, dingin sekali….. Tiba-tiba seorang Laki-laki datang menghampiri kemudian membangunkanku.. Dik..!! (sambil menyentuh kakiku) Dik.. Bangun, tidurnya dikamar depan,disini dingin dan banyak nyamuk. Aku pun terbangun,tanpa fikir panjang aku segera beranjak dan mengikutinya menuju kamar dpn mesjid yg dimaksud. “kamu tidur disini aja” ucap bapak itu, di dalam kamar tersebut ternyata ada beberapa org lelaki juga yg tinggal disitu dan akan menemaniku.., “ini bantal dan sarungnya, kalau uda ngantuk tidur aja” dan “kalo lapar ini ada kue,ato mau makan nasi goreng ntar dibeliin..” ucap salah seorang dari mereka sambil memberiku bantal dan sarung,
Mata mereka memandangku, heran atau mungkin iba melihatku,.. Bapak dan beberapa org td mencoba utk mencari informasi tentangku,tentang ayah dan ibuku., aku pun di introgasi…. Dan akhirnya Semua ku jawab apa adanya…

Semoga kisah ini dapat diambil hikmahnya, untuk kita semua.

Jazakumullah..

Kebencian Hari Ini, Petaka Esok Hari

http://income-syariah.com/?id=Rahmannur

Sahabat,

Percayakah anda,
sebuah dendam dan kebencian
yang ditebar hari ini membuahkan
celaka bagi generasi mendatang?
Mari kita tengok. Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa
amarah, bekas-bekas angkara,
dan jejak-jejak amuk, dan bekas-
bekas kebencian. Kebencian atas
penindasan dan ketidak adilan.
Kebencian akan perilaku adikuasa. Kita tak pernah tahu kapan
semua itu akan tersapu bersih.
Meski damai telah
dijabattangankan, siapa bisa
menjamin tak ada penyesalan di
kemudian hari? Betapa mahalnya sebuah kebencian. Hal ini mengajarkan pada kita
untuk tidak hanya
mempertimbangkan apa yang
terjadi pada esok hari akibat
perbuatan kita hari ini. Ketika
kita membenci sesuatu, maka kebencian itu akan beranak
pinak, dan akan kembali kepada
kita sebesar kebencian yang kita
tebarkan.

♫•*¨*• .¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Mari tanyakan pada diri sendiri,
buat apa kebencian ini? Adakah
manfaatnya? Adakah akibat
diesok hari buat diri kita dan
anak cucu kita? Adakah jalan
yang lebih baik? Karena ranjau- ranjau kebencian itu akan melukai
orang yang membenci, juga orang
yang dibenci. Dua-duanya sama-
sama terluka. Namun ada yang harus digaris
bawahi, bahwa kebencian tidaklah
sama dengan ketegasan sikap
dalam menegakkan aturan dan
batas-batas norma kehidupan.
Kebencian lebih condong mengarah pada subjek, sedang
ketegasan lebih mengacu pada
perilaku dan perbuatan. Semakin jauh kita memandang ke
depan, semestinya semakin besar
nilai perbuatan kita hari ini bagi
kemanusiaan. Semakin berhati-
hati dalam menentukan langkah
dalam bertindak.

Sumber: Renungan & Kisah Inspirasi.

HIDUP INI INDAH

http://income-syariah.com/?id=Rahmannur

Hidup Ini Indah
Oleh Mira Kania Dewi
Sabtu, 14/05/2011 07:13 WIB

Pagi yang cerah. Nyalain teve
ah! Ingin dengar berita pagi.
“Selamat pagi semua, selamat pagi Indonesia. Pagi ini kami
sajikan berita pagi tentang :
bentrok antar warga di
Jakarta, kebakaran akibat
kompor meledak, dan
pencurian kendaraan bermotor, bla-bla-bla…” Aaaahhhh, semangat pagiku
yang semula menjulang tinggi
langsung merosot setelah
mendengar berita pagi yang
menyedihkan tentang pertiwi. Wuiih! Panasnya. Terik matahari
di siang hari membuat
keringatku mengucur dengan
deras setelah mengayuh
sepeda selepas kursus
menjahit. Perutku sudah keroncongan minta segera diisi.
Makan siang dulu deh, pikirku
sambil bersantai sejenak
menyimak berita siang.
“Selamat siang. Pemirsa, kami rangkum peristiwa siang ini
dengan berita utama : banjir
bandang di desa mekarsari,
perkosaan oleh guru kepada
muridnya, dan korupsi milyaran
rupiah oleh si fulan, bla-bla- bla…” Yaaah, lagi-lagi kecewa. Nafsu makanku mendadak
hilang melihat berita yang
menyesakkan dada tentang
kondisi negeriku. Rasanya segar setelah mandi
sore. Sambil makan kolak
pisang…lagi…kusimak saluran
berita. Penasaran, tak ingin
ketinggalan memantau
keadaan bangsaku. “ Berita petang. Selamat sore pemirsa
di tanah air. Berita sore ini
segera kami suguhkan dengan
topik utama : terjadinya bom
di Cirebon, kerusuhan akibat
penggusuran lapak, dan merebaknya wabah ulat bulu,
bla-bla-bla…” Waddduh, masih sama! Informasi yang kudengar
melulu bernada yang kurang
menyenangkan hati. Malam hari menjelang tidur,
kucoba sekali lagi menyalakan
televisi untuk mendengarkan
berita malam. Barangkali saja
kali ini ada berita yang
menyenangkan dan memotivasi rakyat dan generasi penerus
untuk menjadi lebih maju dan
lebih baik dari sebelumnya.
Sambil minum teh hangat,
volume teve aku tinggikan.
“Selamat malam, inilah berita malam hari : jatuhnya pesawat
merpati nusantara, demo
mahasiswa yang memacetkan
lalu lintas, dan wabah diare
menyerang balita, bla-bla-
bla…” KLIK. Gemas! Tak tahan, akhirnya kumatikan teve
sebelum berita usai. Oh-oh, apa yang terjadi
dengan negeriku? Mengapa
hampir semua berita yang
kudengar dan kulihat melulu
membahas tentang rusaknya
materil dan hancurnya moral bangsa? Sebegini burukkah
tanah tumpah darahku
tercinta? Seakan-akan tak
ada lagi orang yang memiliki
hati nurani. Ke manakah
engkau orang-orang yang berhati mulia? Di manakah lagi
kehebatanmu wahai putra-
putri bangsa? Rasa sedih, kecewa, gemas,
marah, bingung bercampur
aduk dalam benakku. Ah, aku
yakin Indonesia tidak demikian
kenyataannya. Masih ada
bahkan pasti lebih banyak berita dan cerita positif yang
sebenarnya terjadi di negeri
ini. Cerita dan berita yang
patut mendapatkan acungan
jempol yang telah berhasil
diukir oleh bangsaku. Pun tak sedikit berbagai prestasi
cemerlang yang telah diraih
oleh putra-putri bangsa
bahkan mampu menaklukkan
bangsa-bangsa maju lainnya. Ambillah contoh : Lomba
matematika tingkat dunia yang
berhasil diraih oleh anak
bangsa, kejuaraan badminton,
lomba catur tingkat anak,
kesuksesan sebuah keluarga mendidik anak berakhlak
qur’ ani, indahnya panorama alam Indonesia yang memikat
turis manca negara, dan masih
banyak lagi. Namun, entahlah, aku sendiri
heran dan sangat heran dan
amat sangat heran. Mengapa
berita dan cerita yang bernilai
motivasi, semangat dan
kreatifitas seakan-akan lenyap, hilang dibawa angin
lalu? Mengapa sedikit sekali
bahkan nyaris tak pernah
diangkat ke meja berita? Adalah memang hak siapa saja
untuk memberikan berita
kepada khalayak ramai asalkan
berita yang disajikan akurat.
Namun alangkah baiknya jika
meninjau kembali porsi yang tepat yang perlu disuguhkan
bagi rakyat dan bangsa ini.
Tidakkah lebih baik jika
perbandingan berita baik dan
buruk 75:25? Atau setidaknya
50:50? Memang tidak ada yang
sempurna. Termasuk manusia
bahkan suatu negara maju pun
tidak melulu sempurna, tentu
ada kekurangannya di salah
satu sisi. Rasanya bijaksana jika menyampaikan suatu
berita dengan
mempertimbangkan dampak
yang akan terjadi setelahnya.
Akankah menjadi lebih baik
atau justru sebaliknya? Sebagai seorang ibu dan
sebagai orang tua, tentu
sudah menjadi kewajiban kita
memberikan nasehat kepada
anak-anak kita. Coba
bayangkan, apa yang terjadi jika setiap hari menjelang
tidur, kita selalu
mendongengkan anak-anak
kita dengan cerita yang seram
dan menakutkan? Nyenyakkah
tidurnya? Menjadi beranikah mereka? Lain tentunya jika setiap
malam kita meninabobokan
dengan cerita yang menarik,
menyenangkan hati, dan
memberikan semangat dan
contoh yang baik kepada anak. Tentu mereka akan tidur
dengan nyenyak sambil
mengulum senyum di bibir dan
terbawa menjadi mimpi yang
indah. Nah, jika hati anak selalu
gembira karena didengungkan
dengan nyanyian yang indah,
tentu ia tak akan takut
menyongsong hari esok. Masa
depan yang gemilang menanti di depan mata. Mereka akan
berlomba-lomba mengukir
prestasi. Termotivasi dari
berita dan cerita yang
didengar dan dilihat. Jangan
takut untuk melangkah anak- anakku, kejarlah cita-citamu. Hidup cuma sekali, yakinlah
bahwa hidup ini indah. Seperti halnya dengan Islam.
Islam itu indah. Jika seorang
hamba telah jatuh cinta pada
Islam, maka ia akan merasakan
nikmatnya menjadi seorang
muslim/ah. Dalam kalam-NYA : “Alloh berfirman: Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan
rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu.” (QS. Al-A’ Raaf [7] : 156) Juga dalam hadits berikut ini: Ketika Allah menciptakan
makhluk, Dia menulis dalam
kitab-Nya, dan Dia menulis
untuk diri-Nya sendiri, yang
tetap berada di sisi-Nya di
atas ‘ arsy: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
murka-Ku.” Takhrij Hadits, hadits di atas
diriwayatkan dalam kitab
berikut ini:
1. Shahih al-Bukhari kitab bad`il-khalqi no. 3194;kitab at-tauhid bab qaulil-’ Llah Ta’ala wa yuhadzdzirukumul-’ Llah nafsahu no. 7404.
2. Shahih Muslim kitab at-taubah bab fi sa’ ah rahmatil-’ Llah no. 7145.
3. Sunan at-Tirmidzi kitab ad-da’ awat bab khalqil-’ Llah mi`ata rahmat no. 3543 4. Sunan Ibn Majah kitab az-zuhd bab ma yurja min rahmatil-’ Llah yaumal-qiyamah no. 4295. 5. Musnad Ahmad bab haditsAbu Hurairah no. 9595.

Wallohua’ lam bishshowaab. (mkd/bintaro/13.05.2011)

Sumber: Era Muslim

Sajak SpirituaL Cinta

http://income-syariah.com/?id=Rahmannur

Sajak SpirituaL Cinta

jangan kamu pikir cintaku bersarang harap kekasih iLusi yang akan menarikmu untukku miLiki

jangan kamu pikir cintaku adaLah gumpaLan birahi yang memandangmu hanyaLah kenikmatan sesaat dan meLunturkan kenikmatan sejati

jangan kau pikir cintaku adaLah diLema yang membuatku giLa. Tahu kau? Diriku hanya penikmat spirituaL cinta yang dirasa murni

disaat cinta dengan gejoLak berharap agar aku mengejar dan memiLiki tapi aku hanya menahan diri disaat beLum ada waktu untukku miLiki

disaat cinta membawa cemburu memandangmu bersama bayangan Lain,aku hanya menyingkir diri dan bertekad hati itu bukan hakku

disaat aku daLam cinta yang tak ada hak dan puLa tak sanggup aku pergi dari sisimu,aku menari seorang diri,menikmati kesetiaan sepi tak ada sapa hingga setiaku tak bersuara

ituLah spirituaL cinta dan pembahasan ini masih tersimpan di ruang rahasia

biarLah aku mencintaimu, biarLah aku menikmati cinta yang kurasa

biLa kamu ingin ikut denganku, kemariLah dengan niat sucimu

biLa kamu tak ingin ikut denganku, tetapLah kamu diam.

sumber: Mutiara PembeLajaran

Next Newer Entries

100%BackLink

100% Backlink Indonesia