Menjadi Khotib Sholat Jum’at

SETIAP JUM’AT, PARA KHOTIB NAIK KEATAS MIMBAR untuk menyampaikan pesan dakwah. Karena mulianya tugas seorang khotib, maka dituntut untuk mengerti kehidupan dan tantangan-tantangannya, memahami kandungan Al-Qur’an agar dapat meluruskan dan menyembuhkan Batin manusia yang luka, menyatukan hati yang bertengkar, mendinginkan yang sedang marah, melunakkan hati yang keras, memberantas syirik, melapangkan hati yang sempit, dan menjadikan orang merasa memerlukan Allah SWT dan hanya menggantungkan hidup kepada-Nya.
Terkait hal ini, Rasulullah SAW adalah khotib terbesar yang pernah ada dimuka bumi. Hal itu Allah sendirilah yang mendidik Beliau secara langsung.

Diriwayatkan, pada suatu hari Abu Bakar Ash Shiddiq berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, saya sudah menemui seluruh kabilah Arab, satu demi satu saya datangi. Saya tidak menemukan seorang pun yang lebih fasih dari pada Rasulullah. Siapa yang mendidik Anda?” Rasulullah menjawab, “Tuhanku yang mendidikku. Dia mendidikku dengan baik.”
Dibawah ini adalah adab menjadi khotib seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah :

* Hendaknya sudah duduk di atas mimbar ketika sedang diserukan azan shalat jum’at. (Riwayat     Bukhari).
* Sunnah berkhutbah di atasmimbar dan memulai khutbah dengan memberi salam kepada jama’ah. (Riwayat Ibnu Majah,Bukhari).
* Hendaknya menghadap keseluruh jama’ah, jangan menghadap hanya kepada sebagian orang atau ke satu arah.
* Disunnahkan memulai khutbah dengan puji-pujian kepada Allah,lalu Shalawat atas Rasulullah. (Riwayat Bukhari).
*Duduk diantara dua khutbah (Riwayat Bukhari).
* Disunnahkan agar meringkas isi khutbah sehingga lebih pendek daripada shalat. (Riwayat Abu Dawud). Seorang khatib yang terampil meringankan khutbahnya menandakan ia sosok orang yang bijak. Sebaliknya, khatib yang memanjangkannya menunjukkan kekurang bijaksanaan.
* Sebaiknya yang menjadi khatib adalah imam dan yang yang menjadi imam adalah khatib. Jadi imam dan khotib adalah orang yang sama. (Riwayat Bukhari).
Khatib hendaknya berkhutbah dengan semangat yang berapi-api. (Riwayat Muslim,Ibnu Majah). Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’aad menulis, “Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah, mata beliau memerah, suara beliau lantang, amarah beliau meledak seolah-olah memberi peringatan kepada pasukan.

Wallahu ‘alam
Disadur: Ali Athwa/Hidayahtullah

Tinggalkan komentar

100%BackLink

100% Backlink Indonesia