Referensi.
Judul Buku: Spiritual Problem Solving
Penulis: Solikhin Zero to Hero & Kang Puji Hartono, SPS
Menang Sebelum Menang
04 Mar 2012 Tinggalkan komentar
Maafkan Dengan Ikhlas
03 Mar 2012 Tinggalkan komentar
“Bila pedang lukai hati, masih banyak harapan obat dicari,
Bila lidah lukai hati, kemana obat hendak dicari”
Pepatah diatas membuat aku berfikir untuk menulis ini.. Ya.. Sepintas membacanya mungkin terlihat begitu indah dan cocok sebagai ungkapan hati atas diri yang telah terluka. Sekaligus juga meyakinkan bahwa tiada satu pun penawar atasnya.
“Kemana obat hendak dicari?,, kemana..??”
Ketahuilah,. pribahasa atau ungkapan diatas bila kita mau jujur, terkesan mengajak dan mengajari kita untuk tidak Memaafkan serta Mengikhlaskan atas apa yang telah terjadi pada diri kita.
Bukan kah kita semua tahu… Memaafkan dan Mengikhlaskan adalah Sifat Mulia seorang hamba..?
Lantas.. Mengapa kita seolah bingung mencari obat penawar atas lukanya hati..??
Percayalah.. Tiada kejadian sekecil apapun yang tanpa Iradat-Nya, semua terjadi atas Kehendak-Nya yang semua itu tiadalah sia-sia.
Aku berfikir.. Alangkah tidak Ikhlasnya aku dengan apa yang telah terjadi pada diriku, sehingga aku tiada mampu Memaafkan dengan ikhlas bahkan bersusah payah hanya untuk melupakan. Sedang yang demikian itu adalah sebuah ketentuan atas Iradat-Nya.
Sebuah renungan pribadi, semoga bermanfaat.
Jazakumullah.
Harapan-harapan Baru
01 Mar 2012 Tinggalkan komentar
Qaddarallahu maa syaa-a fa’al. Takdir berkata lain. Selama dua tahun lebih menikah, mereka tak juga dikaruniai momongan. Padahal, usia Hamidah sudah mulai menginjak 32 tahun. Usia yang tidak lagi muda untuk seorang wanita. Tentu saja, perasaan mereka cukup berdebar-debar. Menanti hadirnya sebuah karunia, yang tak sebuah rumus pun bisa memastikan wujudnya, tentu bukanlah hal sederhana. Tak selalu mudah untuk melatih ketabahan menjalaninya.
Tapi, tepat memasuki bulan keempat di tahun ketiga pernikahan mereka, berarti dua tahun 3 bulan setelah menikah, Hamidah positif hamil! Kegembiraan menyeruak dalam dada, menyesak, dan nyaris melesat keluar dari mulutnya, berujud jeritan kegembiraan dalam luapan suka cita tak tertahankan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmushalihat. Segala puji bagi Allah, yang dengan limpahan Karunia-Nya, segala kepentingan dapat terlaksana dengan sempurna. Bukan main! Betapa indahnya dunia ini.
Sembilan bulan 15 hari kemudian, seorang bayi mungil, laki-laki, lahir dengan selamat. Kegembiraan itu pun makin membuncah. Ungkapan Tahmid dan Tasbih makin mengalir deras dari lisan mereka.
Ya, Rabbi, betapa indahnya Kasih-Mu…
Tumpukan harapan bagai menonjok langit. Hadirnya anak tak lain adalah lahirnya karunia, dengan segudang cita-cita terakit bersamanya.
Mereka ingin, sang anak akan menjadi jauh lebih baik dari kedua orang tuanya. Lebih shalih, lebih pintar, lebih berilmu, lebih berbahagia. Pokoknya, lebih segala-galanya.
Lewat kehadiran sang buah hati, mereka berharap kehidupan mereka akan semakin harmonis. Mereka pun semakin saling mencintai, semakin kasih mengasihi. Semakin saling memaklumi kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Anak adalah perekat cinta. Begitu kata orang-orang tua kita dahulu. Kalau bukan karena anak, tentu lebih banyak pasangan pasutri yang mengakhiri rumah tangga mereka di bilik perceraian.
Hamidah dan Fahrul pun berharap demikian, bahwa lahirnya sang buah hati akan makin mempererat cinta mereka karena Allah. Menjauhkan mereka dari neraka perceraian yang sangat mereka khawatirkan.
Secara naluriah, setiap manusia pasti memiliki obsesi dan cita-cita yang bersifat keduniaan. Dunia yang berakhir di dunia, atau dunia yang akan dibawa sebagai bekal di akhirat kelak. Yang jelas, cita-cita itu bernuansa duniawi. Karena cita-cita itulah, maka salah satu sifat yang senantiasa melekat pada diri manusia adalah Hammaam, sang Ambisius.
Hamidah dan Fahrul, dari awal menikah, telah mencanangkan sebuah cita-cita sederhana, namun sangat motivatis, dan menghujam kuat di lubuk hati mereka yang dalam: keinginan memiliki Passive Income yang cukup untuk membuat mereka bisa berkonsentrasi penuh menuntut ilmu!
Sinyal-sinyal harapan itu pun makin menyinarkan kemilauannya. Terlebih, saat si Farhan lahir. Fahrul bekerja lebih giat lagi, untuk mencari sumber-sumber penghasilan lain yang lebih menjanjikan. Alhamdulillah, pintu-pintu rezeki itu terkuak sedikit demi sedikit. Hamidah makin sumringah.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Judul: Sepenggal Duka di Langit Cinta.
Penulis: Abu Umar Basyier
Penerbit: Fatamedia
Bila Hati Dimabuk Cinta
29 Feb 2012 2 Komentar
Sabar….Sabar…
28 Feb 2012 Tinggalkan komentar
“Tenang saja, kuatkanlah hatimu, bukankah semuanya karena Allah?!” suara hati yang satu makin menonjolkan dorongannya.
“Tapi aku ragu, dan sedikit takut kalau nantinya tak berjalan lancar…..,” bisik hati yang lain. “Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Sampai akhirnya nafasmu tinggal satu-satu? Sampai malaikat maut menarik Rohmu hingga ke leher?” berondang hati yang satu.
“Ayolah… raihlah ridha-Nya, berjalanlah dijalan-Nya, kejarlah dan iringilah langkah sahabat-sahabatmu yang telah lebih dulu mendapat cahaya-Nya!” suara hati itu makin memantapkan diriku.
“Bisnillahirrahmanirrahim…” ucapku dalam hati. Kumantapkan hati, kuteguhkan diri, kulangkahkan kaki. Tetapi………
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, kami telah beriman, sedangkan mereka tidak di uji?” (QS.Al-Ankabut:2).
Jilbab biruku sedikit berkibar tertiup angin sore diawal musim panas. Kota Nagoya hari ini sangat panas. Kumasuki supermarket itu dengan sedikit kikuk. Tidak seperti biasanya, kali ini ada perasaan lain dihatiku. Iya, kali ini kumasuki supermarket ini dengan penampilan baruku.
“Ah…… masih agak sepi, nih,” batinku senang. “Sebaiknya aku cepat-cepat saja, ah…. daripada nanti antri dikasir,” putusku kemudian. Walaupun aku berbelanja barang yang sudah kutahu dimana letaknya, tak urung itu pun memerlukan waktu yang tidak sebentar. Sehingga banyak pasang mata melihatku dengan pandangan aneh. Mungkin juga ada perasaan geli. Aneh karena pakaianku itu tidak lazim di negeri Sakura, juga menggelikan karena dipakai saat musim panas. Yang bagi orang Jepang terutama para perempuan adalah saatnya untuk buka.
Selesai sudah kudapatkan barang belanjaan yang kuperlukan. Aku bergegas menuju kasir yang agak lowong. “Yap… dikasir itu tinggal seorang pembeli yang dilayani. Aku antri di situ aja, ah….” pikirku sambil berjalan ke kasir itu.
“Ah…. selamat siang….,” sapa laki-laki separuh baya yang menjaga kasir. Wanita separuh baya yang si sapa segera menghampiri dan meletakkan belanjaanya di meja kasir. Padahal aku kan lebih dulu sampai di kasir itu. Aku hanya melihat sekilas lirikan si Bapak itu. Aku segera berpindah ke kasir lain, yang sudah kosong. Khawatir di tolak lagi, aku berkata kepada perempuan penjaga kasir itu “li desu ka?” (Bolehkah?).
Sepulang dari supermarket itu hati diliputi rasa jengkel dan kesal sekaligus takut. Takut kalau belanja di situ lagi akan ditolak seperti tadi. Aku khawatir akan kejadian tadi akan berulang dan bukan hanya di supermarket itu saja. Tapi lebih takut lagi kalau kemantapan hatiku untuk terus memakai Hijab menjadi luntur.
Aku harus bersabar. Sabar….Sabar…..
“Ah…. tidak! Jangan sampai!” tegasku dalam hati. Aku di hantui berbagai pikiran buruk dan bisikan-bisikan yang menyuruhku mengurungkan niat memakai Jilbab seterusnya. Jangan sampai hanya gara-gara kejadian tak mengenakkan tadi menyurutkan niatku. Aku tak mau lagi bongkar pasang Jilbab. Pergi ngaji pakai Jilbab, pergi kerja bongkar lagi.
“Tidak. Tidak lagi! Jangan perturutkan rasa malu. Jangan kalah sama diri sendiri!” bisikku kuat. Aku tak mau masuk ke dalam golongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Aku tak mau pahala-pahalaku terhapuskan karenanya. Dan yang pasti aku tak mau menjadi penghuni neraka.
Aku harusnya malu kepada Yang Maha Tahu. Aku harusnya Takut kepada Yang Maha Kuasa. Aku harusnya khawatir ditilak oleh-Nya.
Ya Allah….
Kuatkan hamba tuk mencapai ridha-Mu
Jadikan hamba insan yang lurus
Tunjukkan hamba jalan yang satu
Jalan mencapai Surga Firdaus.
Referensi : Menyemai Cinta di Negeri Sakura/Lizsa Anggraeny-Seriyawati
KLASIFIKASI HATI
25 Feb 2012 Tinggalkan komentar
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam bukunya Thibb al-Qulub menjelaskan mengenai kondisi hati manusia. Menurutnya ada 3 kondisi hati manusia: hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.
1.HATI YANG SEHAT/HATI YANG LEMBUT.
Hati yang bebas dari seluruh syahwat (keinginan) untuk melanggar larangan Allah SWT, bebas dari berhukum dengan hukum yang bukan berasal dari Rasul-Nya, cinta kepada Allah SWT, tidak menduakan rasa takut, harapan, dan tawakkalnya kepada Allah SWT semata, inilah hati yang sehat menurut Ibnu Qayyim.
Jadi, hati yang sehat terbebas dari kesyirikan, hati yang sehat selalu menyucikan penghambaan-Nya pada Allah SWT. Dalam kehendak, cinta, tawakkal, taubat, takut, dan harap. Hati yang sehat adalah hati yang bersih bersinas cerah.
Selain itu, hati yang sehat akan mampu “meliiat” arti kehidupan. Ia senantiasa optimis merasakan kehidupan yang silih berganti ini. Terkadang, kesusahan yang ia rasakan menjadi kebahagian. Ia selalu dalam keindahan. Ia tidak pernah mengeluh. Baginya bersyukur pada Allah SWT adalah obat penghibur badai kehidupan. Ia tidak mudah putus asa. Ia yakin rahmat Allah SWT senantiasa tercurah untuknya.
“Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS.AS-SYU’ARAA:88-89)
2.HATI YANG MATI/HATI YANG KERAS
Ibnu Qayyim menerangkan mengenai hati ini: “… Itulah hati yang mati, yang tidak mengenal Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai perintah-Nya. Hati yang selalu memperturutkan hawa nafsu dan kesenangannya, meski yang demikian itu mendatangkan amarah dan murka Allah SWT. Dia tidak peduli apakah akan memuaskan nafsu dan hasratnya, Tuhan rela atau murka. Hati seperti ini menjadi budak selain Allah dalam cinta, takut, rela, murka, mulia, dan hina. Bila ia bercinta karena hawa nafsunya, bila marah juga karena hawa nafsunya, bila memberi karena keinginannya untuk memberi, dan bila menahan karena nafsunya melarang untuk memberi. Hawa nafsunya lebih di cintai daripada Tuhannya. Hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai sopirnya, dan lalai sebagai kendaraannya.”
penjelesan Ibnu Qayyim diatas menunjukkan bahwa hati yang mati semakin mengeras. Perlahan-lahan tingkat kekerasannya semakin tidak terkendali lagi. Hati ini bahkan lebih keras daripada Batu. Nau’udzu billah, semoga Allah SWT senantiasa menghidupkan hati ini dan memberikan keselamatan di dunia dan akhirat.
3.HATI YANG SAKIT
Hati ini hidup, tetapi cahanya redup (sakit). Hati seperti ini mempunyai dua materi utama, yang terkadang salah satunya lebih dominan dari yang lain.
Di satu sisi,hati ini memiliki rasa cinta pada-Nya, menaruh rasa percaya pada-Nya, ikhlas tunduk pada-Nya, dan senantiasa mengharap pertolongan-Nya.
Akan tetapi,disisi lain dalam hati ini juga terdapat rasa cinta mendalam terhadap hawa nafsunya, seperti lebih mengutamakan dunia, sikap iri, dengki, dan sombong.
Hati seperti itulah yang sering terombang-ambing. Ia tidak tahu harus berlabuh di dermaga yang mana, terkadang ia tersesat, atau menyesatkan diri. Dan terkadang pula ia berada pada jalur yang benar. Hati yang terombang-ambing itulah yang menyebabkan ia sakit.
Ibnu Qayyim menyimpulkan:
“Hati seperti ini menjadi objek seruan dari dua sisi. Satu sisi mengajaknya kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, sedang sisi lain mengajaknya kepada kemewahan duniawi. Dari keduanya, hati akan memenuhi ajakan mana yang pintunya lebih dekat kepada-Nya (kembali kepada kesadaran individu masing-masing.)”
Referensi: SMART HEART-RUSDIN.S.RAUF
Pelapang Dan Penyempit Hati
24 Feb 2012 Tinggalkan komentar
Beberapa faktor yang bisa melapangkan hati ialah kekuatan Tauhid, Hidayah dan Cahaya yang Allah SWT tancapkan dalam hati hamba-Nya, Ilmu yang bermanfaat, Bertaubat kepada Allah SWT, Senantiasa berzikir kepada Allah SWT, Berbuat baik kepada sesama makhluk, Berani, Menghilangkan virus hati, Tidak berlebih-lebihan dalam memandang, Berbicara, Mendengar, Bergaul, serta Makan dan Minum. Sedangkan kebalikan dari semua sifat ini adalah pemicu Kegelisahan, Kegundahan, Kegalauan dan Penderitaan.
Dalam diri Nabi Muhammad SAW telah terangkum sifat-sifat terpuji nan luhur dalam cakupan yang sangat sempurna. Di samping itu, para pengikut beliau memperoleh bagian dari sifat-sifat ini sesuai kadar peneladanan mereka terhadap beliau.
Semoga Allah SWT memberikan Taufik-Nya.
Referensi: Ad-Daqa’iq Al-Mumti’ah – Abdul Malik Al-Qasim.
Memahami Takdir Ilahi
24 Feb 2012 Tinggalkan komentar
01. KITA MENGAKU KENAL DAN CINTA ALLAH SWT TAPI TIDAK MENUNAIKAN PERINTAH-NYA
02. KITA MENGAKU CINTA RASULULLAH TAPI MENGABAIKAN SUNNAHNYA
03. KITA MEMBACA AL’QURAN TAPI TIDAK BERAMAL DENGAN HUKUM-HUKUM DI DALAMNYA
04. KITA MEMAKAN NIKMAT ALLAH SWT TAPI TIDAK MENSYUKURI PEMBERIAN-NYA
05. KITA MENGAKU MUSUH SEYTAN TAPI MENGIKUTINYA
06. KITA MENGAKUI NIKMAT SURGA TAPI TIDAK MAU BERAMAL UNTUK MENDAPATKANNYA
07. KITA MENGAKUI ADANYA SIKSA NERAKA TAPI TIDAK BERUSAHA MENJAUHI NYA
08. KITA MENGAKUI BAHWA KEMATIAN AKAN DATANG PADA SETIAP JIWA TAPI TIDAK BERUSAHA MEMPERSIPKAN BEKALNYA
09. KITA SIBUK MEMBUKA AIB ORANG LAIN,TAPI TIDAK PERNAH INGAT AKAN AIB DIRI SENDIRI
10. KITA MENGHANTAR DAN MENGHUBUR JENAZAH TAPI TIDAK MENGAMBIL HIKMAHNYA
LIMA PERUSAK KEDAMAIAN HIDUP….
01. MEMBANDINGKAN KEKURANGAN DIRI DENGAN KELEBIHAN ORANG LAIN
02. BERSIKAP KASAR TENTANG SESUATU YANG BISA DI TANGANI DENGAN SANTUN
03. MENUNDA MELAKUKAN SESUATU SAAT ITU MASIH MUDAH MELAKUKAN
04. MEYAKINI BAHWA HANYA ORANG TIDAK JUJUR YANG AKAN MENDAPAT KESEMPATAN
05. MELIHAT KEBERHASILAN ORANG LAIN SEBAGAI KEBERUNTUNGAN DAN KESULITAN HIDUP DIRI SENDIRI SEBAGAI NASIB
SEBELAS TANDA-TANDA ORANG CELAKA
01. Rakus untuk mengumpulkan harta
02. Tujuan hatinya hanya kesenangan,nafsu dan kelezatan dunia
03. Kotor bicaranya dan banyak menggunjing orang
04. Meremehkan sholat lima waktu
05. Pergaulannya bersama orang-orang durhaka
06. Buruk budi pekertinya
07. Membanggakan dirinya dan congkak
08. Menahan diri untuk memberi manfa’at kepada orang lain
09. Sedikit sekali rasa sayangnya terhadap orang-orang mukmin
10. Menjadi orang yang kikir
11. Lupa terhadap mati…
KETAHUILAH SETIAP SESUATU PASTI ADA PENYAKITNYA…..
01. PENYAKIT BICARA ADALAH BOHONG
02. PENYAKIT ILMU ADALAH LUPA
03. PENYAKIT IBADAH ADALAH RIY
04. PENYAKIT AKHLAK MULIA ADALAH KAGUM KEPADA DIRI SENDIRI
05. PENYAKIT BERANI ADALAH MENYERANG
06. PENYAKIT DERMAWAN ADALAH MENGUNGKAPKAN PEMBERIAN
07. PENYAKIT TAMPAN ADALAH SOMBONG
08. PENYAKIT BANGSAWAN ADALAH MEMBANGGAKAN DIRI
09. PENYAKIT MALU ADALAH LEMAH
10. PENYAKIT MULIA ADALAH MENYOMBONGKAN DIRI
11. PENYAKIT KAYA ADALAH KIKIR
12. PENYAKIT ROYAL ADALAH HIDUP MEWAH
13. PENYAKIT AGAMA ADALAH NAFSU YANG DI PERTURUTKAN
ORANG DI KATAKAN ISLAM BILA :
01. MEMBACA DUA KALIMAT SYAHADAT
02. MENJALANKAN SHALAT
03. BERPUASA DI BULAN RAMADHAN
04. MEMBAYAR ZAKAT
05. MENUNAIKAN IBADAH HAJI(BILA MAMPU).
TANYA KENAPA:
01. KENAPA KITA PERNAH MERASKAN PATAH HATI
02. KENAPA KITA PERNAH MERASAKAN SEDIH.
03. KENAPA KITA PERNAH MERASAKAN JENUH DALAM MENGHADAPI HIDUP INI
04. DAN KENAPA PULA KITA PERNAH MERASAKAN HAL-HAL YANG KURANG BERKENAN DI HATI.JAWABANNYA ADALAH KARENA KITA TIDAK MEMAHAMI TAKDIR ILAHI SECARA HAYATI…
Bicara Cinta Ga Ada Habisnya!
24 Feb 2012 Tinggalkan komentar
“Bisikan cinta bukan sekedar bisikan
Tiada yang tahu apa yang telah dikabarkan
Urusan cinta tiada tuntas dengan penalaran
Tiada pula dengan analogi dan pikiran
Urusan cinta adalah urusan sentuhan hati
Urusan demi urusan datang silih berganti..”
Pernahkah merasakan jatuh cinta, pada seseorang? Pasti pernah… Bagaimana rasanya, tak usah kita mencari jawabannya, karena tiap orang jawabannya rata-rata sama. Indah dan berjuta rasanya. Dunia serasa berseri, setiap orang dirasakan ramah, alam di sekelilingnya terasa indah.
Katanya orang yang sedang fall in love itu tiap hari harus ketemu, kemana-mana harus sama-sama kalau sekali tak bertemu rindunya setengah mati, yang pasti dunia serasa milik berdua . Mereka tidak peduli dan tidak mempedulikan orang lain, yang penting mereka senang. Yang diingat hanyalah dia….dia….dan dia.
Jika ada yang belum pernah jatuh cinta, cobalah ikut rasakan tanda-tanda yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya yang berjudul Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.
Pertama biasanya ia selalu menghujamkan pandangan matanya pada orang yang dicintainya, kedua malu-malu jika orang yang dicintainya memandangnya. Ketiga ia akan banyak mengingat, membicarakan dan menyebut nama orang yang dicintainya. Kemudian ia tunduk pada perintah orang yang dicintai dan mendahulukan kepentingannya daripada kepentingannya sendiri. Lalu orang yang mencinta bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai, memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya, mencintai tempat dan rumah sang kekasih, segera menghampiri yang dicintai bila dipanggil.
Selanjutnya ia akan ikut mencintai apapun yang dicintai sang kekasih. Jika akan mengunjungi orang yang dicintai jalan yang dilalui terasa pendek meskipun jaraknya jauh sekali. Dan biasanya ia akan salah tingkah jika sedang mengunjungi atau sedang dikunjungi orang yang dicintai. Lalu ia akan gemetar tatkala berhadapan dengan orang yang dicintai atau tatkala mendengar namanya disebut. Jika ada orang lain yang membahasnya ia akan merasa cemburu. Menyenangi apapun yang menyenangkan orang yang dicintai meskipun sebenarnya kita tidak menyukainya. Ini merupakan salah satu keharusan karena sedikit berkorban untuk mendapatkan keridhaan orang yang dicintai, rasanya merupakan kewajiban.
Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta selain yang disebut diatas adalah ia akan mempunyai kebiasaan baru yaitu suka menyendiri dan kadang ada helaan nafas panjang yang kerap dilakukan. Dan tentunya ia akan selalu berusaha untuk menghindari hal-hal yang akan meregangkan hubungan karena yang dicari pastilah kecocokan antara orang yang mencintai dan orang yang dicintai. Pada akhirnya ia akan tunduk dan patuh pada orang yang dicintai.
Jika kita merasakan salah satu diantara tanda-tanda diatas bersiap-siaplah untuk merasakan tanda-tanda yang lain. Karena kalau salah satu tanda sudah datang, pasti akan diikuti oleh tanda yang lainnya. Bersyukurlah kalau kita mengalaminya. Ada satu hal yang kadang-kadang terlupakan atau dilupakan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Apa? Allah, Tuhan yang memiliki cinta. Hanya Dia yang berhak dicintai.
Pernahkan kita jatuh cinta pada-Nya?
Kalau jatuh cinta pada sesama manusia ada keinginan dari kita agar orang lain mengetahuinya. Ingin rasanya diberitahukan pada semua orang tentang apa yang sedang terjadi pada kita. Biar semua orang tahu kalau kita sedang jatuh cinta. Akankah sama ceritanya jika sedang jatuh cinta pada Allah.
Rasanya tidak. Jika sedang jatuh cinta pada Allah, rasanya kita akan malu untuk mengakuinya apalagi sampai orang lain tahu. Kita akan sangat egois untuk tidak berbagi cerita pada orang lain.
Lalu berapa banyakkah dari kita yang pada saat fall in love selain mengingat dia (kekasih) juga mengingat Allah? Berapa banyakkah dari kita yang menyadari bahwa jatuh cinta merupakan anugerah besar yang harus disyukuri? Jika saja setiap orang yang sedang jatuh cinta pada sesama manusia dan mengalami tanda-tanda seperti tadi, merasakan dan melakukan hal yang sama pula dengan ketika ia jatuh cinta pada Allah Rabbul ‘Alamin, subhanallah, Mahasuci Allah yang telah memberikan cintanya pada manusia dengan memberikan anugrah berupa rasa cinta.
Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yag dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, ranting-ranting adalah ketakutan kepadanya, daun-daun adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bahagian yang kosong, bererti cinta itu kurang. Allah telah mensifati Diri-Nya, bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang mukmin dan mereka pun mencintai-Nya.
Cinta yang diberikan oleh Allah adalah sebuah karunia, hal yang membawa kebaikan bagi seluruh makhluk, namun keindahan dan kebaikan cinta itu sangat tergantung pada sikap makhluk pada cinta tersebut. cinta yang sebenarnya slalu membawa kepada hal-hal yang meneybabkan keridhoan Allah, berbeda dengan nafsu yang hanya berpuncak pada keinginan duniawi. Cinta membuat sesorang bersedia berkorban untuk apa yang dicintainya tanpa mengharapkan sesuatu yang mungkin membuatnya senang. Sedangkan nafsu lebih cenderung menginginkan sesuatu yang membuat keinginan duniawinya terpenuhi. pada intinya cinta itu selalu berawal dan berujung pada rasa mengharapan ridho Allah. Bila seseorang merasa semakin dekat kepada Allah dengan cinta yang dirasakannya, itulah kebahagiaan yang sangat ia dambakan dan itulah cinta yang benar. dan bila dengan rasa yang dia sebut “cinta” itu justru membuatnya jauh dan bermaksiat pada Allah, maka itu bukanlah cinta, melainkan nafsu.
Manusia telah diberi iman dan rasa takut sebagai bekal untuk memilih jalan yang benar dan menjaga dirinya dari nafsu yang menjerumuskan pada murka Allah. kuatya iman sesorang sangat tergantung pada niat ikhlas dan kesungguhannya mengharapkan keridhoan Allah, mendekatkan diri pada Allah dan mencintai karena dan untuk Allah adalah jalan terbaik untuk mendapatkan cinta yang diridhi-Nya.
Sesungguhnya, kecintaan pada Allah pasti menyelamatkan orang yang mencintai-Nya dari azab dan semestinya pula seorang hamba tidak mencoba-coba mengganti cinta hakiki itu dengan yang lainnya.
pertanyaan sekali lagi…Pernahkan kita jatuh cinta pada ALLAH?
Menjadi Khotib Sholat Jum’at
24 Feb 2012 Tinggalkan komentar
Terkait hal ini, Rasulullah SAW adalah khotib terbesar yang pernah ada dimuka bumi. Hal itu Allah sendirilah yang mendidik Beliau secara langsung.
Diriwayatkan, pada suatu hari Abu Bakar Ash Shiddiq berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, saya sudah menemui seluruh kabilah Arab, satu demi satu saya datangi. Saya tidak menemukan seorang pun yang lebih fasih dari pada Rasulullah. Siapa yang mendidik Anda?” Rasulullah menjawab, “Tuhanku yang mendidikku. Dia mendidikku dengan baik.”
Dibawah ini adalah adab menjadi khotib seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah :
* Hendaknya sudah duduk di atas mimbar ketika sedang diserukan azan shalat jum’at. (Riwayat Bukhari).
* Sunnah berkhutbah di atasmimbar dan memulai khutbah dengan memberi salam kepada jama’ah. (Riwayat Ibnu Majah,Bukhari).
* Hendaknya menghadap keseluruh jama’ah, jangan menghadap hanya kepada sebagian orang atau ke satu arah.
* Disunnahkan memulai khutbah dengan puji-pujian kepada Allah,lalu Shalawat atas Rasulullah. (Riwayat Bukhari).
*Duduk diantara dua khutbah (Riwayat Bukhari).
* Disunnahkan agar meringkas isi khutbah sehingga lebih pendek daripada shalat. (Riwayat Abu Dawud). Seorang khatib yang terampil meringankan khutbahnya menandakan ia sosok orang yang bijak. Sebaliknya, khatib yang memanjangkannya menunjukkan kekurang bijaksanaan.
* Sebaiknya yang menjadi khatib adalah imam dan yang yang menjadi imam adalah khatib. Jadi imam dan khotib adalah orang yang sama. (Riwayat Bukhari).
Khatib hendaknya berkhutbah dengan semangat yang berapi-api. (Riwayat Muslim,Ibnu Majah). Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’aad menulis, “Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah, mata beliau memerah, suara beliau lantang, amarah beliau meledak seolah-olah memberi peringatan kepada pasukan.
Wallahu ‘alam
Disadur: Ali Athwa/Hidayahtullah